The Conjuring: Last Rites
The Conjuring: Last Rites

Review Film Terbaru The Conjuring: Last Rites

Review Film Terbaru The Conjuring: Last Rites. Desember 2025 menjadi waktu ideal untuk menonton ulang atau streaming “The Conjuring: Last Rites” yang dirilis September lalu, kini tersedia di HBO Max dan format fisik Blu-ray sejak November. Film ini, dipromosikan sebagai penutup petualangan Ed dan Lorraine Warren yang diperankan Patrick Wilson dan Vera Farmiga, berhasil raup hampir 500 juta dolar globally dan jadi chapter tertinggi grossing franchise. Disutradarai Michael Chaves, cerita terinspirasi kasus Smurl haunting ini padukan ketegangan supernatural dengan sentuhan emosional keluarga. Meski respons kritikus campur—59% di Rotten Tomatoes—penonton banyak puji closure hangat dan performa duo utama. Review ini bahas kekuatan serta kelemahannya sebagai finale Conjuring Universe.

Sinopsis dan Pendekatan Cerita Film The Conjuring: Last Rites

“The Conjuring: Last Rites” fokus pada kasus terakhir Warren, di mana mereka selidiki keluarga yang diganggu entitas jahat dengan ikatan ke pengalaman awal mereka. Ada flashback ke kelahiran putri Judy, plus dinamika keluarga saat Judy dewasa—diperankan Mia Tomlinson—dan tunangannya Ben Hardy. review Film ini lebih lambat di awal, bangun atmosfer haunted house klasik sebelum masuk ke konfrontasi besar.

Durasi 135 menit terasa padat, dengan chapter structure mirip pendahulu. Michael Chaves kembali ke roots franchise: jump scare subtil, atmosfer mencekam, dan elemen faith-based yang kuat. Skor Benjamin Wallfisch gantikan Joseph Bishara, tambah nuansa haunting baru. Secara keseluruhan, ini farewell yang lebih emosional daripada penuh teror, tekankan ikatan Warren dan pentingnya family di tengah chaos supernatural.

Kekuatan Performa dan Atmosfer Horor

Vera Farmiga dan Patrick Wilson tetap andalan: chemistry mereka hangat dan autentik, bikin Warren terasa manusiawi meski hadapi iblis. Farmiga ungkap kerentanan Lorraine, sementara Wilson beri kekuatan tenang pada Ed. Penambahan cast seperti Mia Tomlinson tambah lapisan emosional, buat finale terasa personal.

Atmosfer horor solid—set piece di rumah berhantu penuh ketegangan, dengan visual gelap dan sound design yang bikin bulu kuduk merinding. Beberapa scare berhasil lebih baik daripada film ketiga, kembali ke gaya James Wan tanpa terlalu bergantung CGI. Klimaks intens, campur teror dan momen inspiring soal faith serta togetherness, bikin penutup terasa memuaskan bagi fans lama.

Kelemahan dan Penerimaan Umum

Meski sukses box office, film ini dikritik kurang inovatif sebagai finale—banyak yang bilang underwhelming dibanding ekspektasi epik. Build-up lambat, Warren baru masuk rumah utama di tengah cerita, dan beberapa elemen terasa repetitif dari film sebelumnya. Rating kritikus campur karena kurang scare power seperti dua pertama, meski audience score lebih tinggi berkat epilogue radiant yang beri closure manis.

Di era horor modern, “Last Rites” terasa wholesome bahkan religious di bagian akhir, yang mungkin terlalu earnest bagi sebagian. Namun, ini jadi kekuatan bagi yang cari lebih dari sekadar jump scare—fokus pada redemption dan family bond.

Kesimpulan Film The Conjuring: Last Rites

“The Conjuring: Last Rites” berhasil sebagai penutup emosional untuk saga Warren, dengan performa Farmiga-Wilson yang tak tergantikan dan atmosfer horor yang solid. Meski tak sekuat dua film awal dan agak lambat, ia beri send-off hangat yang bikin nostalgia sekaligus puas. Di Desember 2025, saat franchise ini istirahat (meski rumor prequel dan series muncul), film ini wajib bagi penggemar Conjuring Universe. Nikmati di streaming—siapkan lampu terang, tapi biarkan hati terbuka untuk momen heartfelt di akhir.

Baca Selengkapnya Hanya di…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *